Kamis, 28 Januari 2010

Penyediaan Air Bersih Masyarakat

Di era yang semakin modern ini dituntut pikiran yang jernih, mau belajar, dikritik dan berusaha. Penyediaan air bersih di masyarakat utamanya di daerah pedesaan masih sangatlah minim.
Adanya informasi di mass media hanyalah kekeringan, kebanjiran dll.
Di blog ini kami hanya ingin berbagi karena pengalaman kami dilapangan, begitu banyak dana pemerintah yang diluncurkan untuk penyediaan air bersih masyarakat tetapi hanya sekedar pra syarat dalam penetapan anggaran.
Di daerah kami pemerintah hanya menyediakan air bersih sampai di desa saja, setelah itu terserah masyarakat untuk mengelolanya. karena keterbatasan SDM air di buatin bak-bak pembagi di dusun, RT, RW dan sampai kerumah-rumah.. dengan alasan keadilan.
Setelah beberapa bulan dan tahun hanya permasalahan yang muncul, antara lain :
1. Pipa tersumbat;
2. Saling menutupi lobang pipa tetangga;
3. Pipa yang begitu banyak menggangu pemandangan dan pemakai jalan;
4. Pipa yang rusak di Transmisi/Distribusi tidak ada yang mau bertanggungjawab;
5. Pengairan pertanian yang terganggu;
dll

Berdasarkan pengalaman yang kami kerjakan ada metoda lama yang perlu di publikasikan ke masyarakat, yaitu dengan sistem tertutup, yakni sistem yang dipergunakan oleh PDAM. Karena untuk material dan accecories yang diperlukan sudah begitu banyak beredar dipasaran, sehingga masyarakat akan mampu menggunakannya dan memperolehnya.
Sedangkan metoda yang selama ini dilakukan dapat diasumsikan sebagai berikut

1. Bak Penangkap
2. Bak Pembagi Desa
3. Bak Pembagi Dusun
4. Bak Pembagi RT/RW
5. Disalurkan kerumah-rumah

Walaupun belum ada yang melakukan penelitian tentang efektivitas penggunaan metoda ini di daerah kami metoda ini adalah metoda yang di bakukan oleh pihak terkat.
Pengalama yang kami amati ada beberapa kelemahan yang kami cermati antara lain :
  1. Karena metodanya terbuka penggunaan air tidak terkontrol;
  2. Kecapatan air berkurang karena begitu banyak bak yang dibuat sehinga mengakibatkan bak-bakan;
  3. Sumber mata air yang berada diatas pertanian mengakibatkan debit air pertanian berkurang;
  4. Tidak ada rasa adil dalam pembagian air, karena masing-masing rumah mendapatkan jatah yang sama, ini mengakibatkan bagi keluarga yang sedikit akan berlebihan dan yang banyak akan kekurangan. Lebih parahnya lagi, air yang lebih ini tidak dimatikan tetapi malahan untuk memelihara ikan/lele;
  5. Tata Desa yang tidak rapi, karena begitu banyaknya pipa/selang kerumah-rumah;
  6. Biaya yang lebih banyak untuk membuat bak-bak pembagi air.
Pengamatan yang kami lakukan ternyata metoda yang dikembangkan ini begitu banyak menyedot air dari sumber mata air, karena semua air yang ada akan turun ke desa dan akan mengakibatkan kekeringan lahan pertanian.

Selain itu pembuatan bak-bak penampung dan pembagi yang tidak efektif, bagaimana mungkin! air yang mengalir dari sumber mata air 3" dengan ukuran bak 3x3x3 dibagi menjadi 5 dusun dengan pipa 1,5". Bak yang begitu besar dan mahal tapi airnya tidak akan pernah lebih dari dasar pipa keluaran... Analoginya pake ember aja mungkin ga akan penuh, karena yang masuk 3 yang keluar udah 7,5...

Kami perna menanyakan metoda tersebut tapi hanya di jawab itu sudah sesuai dengan prosedur baku dan perencanaan dari dinas terkait.. Suatu ketika masyarakat akan merubahnya sangat ditentang karena sudah menjadi prosedur baku.

Walahu alam

bersambung...................